Jumat, 04 Desember 2009

Adakah Kesalahan kaum Muslimin di Dunia?

PIDATO PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA



Assalamu ‘alaikum WR.WB.



Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian,...



Disini kita mengadakan sarasehan yang sangat penting dewasa ini, yaitu menyelidiki, menganalisa dan menguraikan akan kesalahan-kesalahan pokok dan fundamentil, apa sebabnya Kaum Muslimin mengalami ketertinggalan, sedangkan mereka adalah orang-orang yang beragama Islam, agama yang diakui Allah sebagai satu-satunya agama yang sangat ilmiah dan amaliah, sangat tinggi, agung dan mulia.



Kita melihat bahwa dalam kejadian–kejadian itu, seolah – olah tidak berlaku lagi ayat-ayat Tuhan atau Hadits-hadits Rasulullah SAW bagi kaum muslimin, apalagi jika diingat, bahwa kaum muslimin adalah kaum yang diistimewakan Allah SWT, dimuliakan Allah, selalu dimenangkan Allah dalam segala macam perjuangannya, karena agama Islam yang dianut kaum muslimin adalah agama yang terpilih, agama yang tak ada kamus kalahnya (Al–Mujadilah, ayat 21), tak ada tolok bandingannya.



Al-Mujadilah, Ayat 21:

Kataballahu la–aghliban–na anaa wa rusulii, in–nallaaha qawiyyun ‘azziz” Artinya : “Tidak ada kamus kalah bagiKU (dan bagi Kalimah–KU) dan Rasul-KU (si pembawa-Nya)”



Bahwa satu-satunya agama di akhir zaman yang “Innaddiina indallaahil Islam.” Bahwa agama yang diakui Allah adalah Al-Islam. Namun kita melihat penganut-penganutnya babak belur, porak poranda, menderita, dicoba, disiksa, menderita kelaparan, diburu kesana kemari, inilah yang harus kita pelajari, yang kita harus selidiki, di mana kesalahan pokoknya yang terbesar.



Sudah jelas Al–Qur’an dan Al–Hadits tidak mungkin berdusta, sudah jelas Tuhan bukan sia-sia dan main-main mengeluarkan “NASKAHNYA” yang maha dahsyat, yang disampaikan oleh Junjungan Kita Rasulullah SAW, nabi paling utama, nabi paling pilihan, penghulu daripada sekalian anbiyaa Allah, sudah jelas segala kesalahan harus ditimpakan kepada ummatnya, yang mestinya sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran hakiki Allah SWT.



Dalam pengajaran-pengajaran dalam Al-Islam yang disampaikan oleh Allah dan Rasulullah SAW bahwa hanya kaum Islam yang benar-benar taqwa, hanya kaum muslimin yang benar-benar taqwa saja, kaum itulah yang dipelihara Allah SWT.



Salah satu kesalahan pokok itu ialah biasanya kaum muslimin dewasa ini selalu menganggap dirinya telah memenuhi syarat taqwa dalam beragama, tanpa dicarinya cara untuk menguji coba akan ketaqwaannya itu. Ia selalu saja lekas puas diri. Bukan tidak shalat, bukan tidak puasa, bukan tidak mengeluarkan zakat, bukan tidak naik haji, bukan tidak menyebut dua kalimah syahadat, sebagai pokok utama dari pada Al–Islam, bukan tidak beriman, bukan tidak islam, namun mereka sebenarnya tetap saja belum taqwa, walaupun mereka mengaku bahwa mereka itu benar-benar telah taqwa, karena telah melaksanakan segala suruh dan telah menghentikan segala cegah.



Tetapi mereka melupakan salah satu syarat pokok yang maha penting dari semua ibadah, dari semua Rukun Islam, dari semua Rukun Iman yaitu semua ibadah harus dilaksanakan atas dasar hati yang benar-benar suci, khalis mukhlisin, dan ini hanya dapat terwujud kalau seluruh unsur-unsur fatal dari seluruh pengaruh angkara murka, hawa nafsu, dunia, syaitan, telah hilang lenyap sama sekali dari hati sanubari mereka.



Bagaimana mungkin mereka itu melaksanakan hal ini, sedangkan Dunia Islam tidak pernah menseminarkan, kami ulangi seluruh dunia Islam tidak pernah menseminarkan bagaimana caranya pelaksanaan teknis supaya sholat itu berdiri khusuk. Dunia Islam selama ini hanya menseminarkan syariat islam, kebudayaan, sejarahnya, tarikh–tarikhnya, kemuliaan-kemuliaannya, dan lain-lainnya, tetapi tidak pernah melaksanakan suatu seminar, suatu diskusi mendalam bagaimana cara pelaksaan teknis, supaya shalat itu benar-benar khusuk.



Hanya mereka yang mampu menegakkan shalat khusuk dalam shalatnya, inilah dia yang akan mendapat kemenangan, sesuai dengan surat Al-Mu’minuun, ayat 1 dan 2 : Qad aflahal mukminuuna alladziina hum fii-shalatihim khyaasyi’uun.” Artinya : “Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang-orang mukmin yang berhati khusuk dalam shalatnya”.



Kita benar-benar harus kuasai, harus ketahui benar-benar akan rahasia cara ilmu pelaksanaan teknisnya, bagaimana cara mendirikan shalat khusuk. Kalau shalat khusuk telah dapat dilaksanakan, ini berarti bahwa semua unsur-unsur, semua gelombang-gelombang, semua getaran–getaran dari angkara murka, hawa nafsu, dunia syaitan, telah habis dan hilang sama sekali. Disinilah letak kesalahan yang paling besar, paling pokok dari semua itu, karena syaitatetap saja merajalela, selalu saja dan senantiasa dalam keadaan yang sehalus-halusnya, as-Syaitan dengan selicik-liciknya mendekam dalam hati sanubari kita. Bagaimana mungkin tiap ibadah kita akan dapat khusuk serta suci murni, dan jelas tidak akan sampai kepada Allah, karena selalu dikotori oleh pengaruh-pengaruh, gelombang – gelombang angkara murka, hawa nafsu, dunia syaitan. Berarti semua ibadah kita akan tertolak, tidak akan sampai pada Allah SWT.



“Fawailul lil mushalliin alladziina hum anshalatihim saahuun." Neraka wail, celaka, bagi orang yang shalat (dan seluruh ibadahnya) karena hatinya lalai daripada mengingat Allah. Ini buka tafsir mengada–ngada, ini tafsir ilmiah “Al Islaamu ilmiyyun wa’amaliyyun” dan “Al Islaamu ya’luu walaa yu’laa ‘alaihi” Islam itu adalah ilmiah dan amaliah dan Islam itu sangat tinggi ilmiahnya.



Sebaliknya, kalau Kalimah Allah telah tetap duduk dalam hati sebagai “Penjaga Gawang” yang Maha Akbar, yaitu nama Allah yang ditanamkan Allah sendiri, yang dipatrikan Allah, akan nama Allah sendiri, melalui saluran-Nya, maka pastilah secara berangsur-angsur angkara murka, hawa nafsu, dunia syaitan akan hilang, maka akan suci murnilah hati sanubari itu.



Hati sanubari adalah sebagai pokok pangkal dan tumpuan dari segala ibadah kita, bukankah Rasul SAW bersabda : “Didalam Bani Adam itu ada segumpal darah, kalau ini suci, sucilah semua amalannya, kalau ini kotor, maka kotorlah semua amalannya”



Jadi hati itu harus disucikan lebih dahulu, agar As-Syaitan hilang dengan segala pengaruhnya, syaitan harus keluar dari hati sanubari kita. Bagaimana mungkin dia akan mampu dikeluarkan. As–Syaitan itu sangat dahsyat, sangat tinggi dimensinya, sangat halus, umurnya telah berabad-abad lamanya, ilmunya tinggi sekali, itulah yang selalu mencengkeram dalam hati sanubari kita. Kalau diusir dengan “A’udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim” produksi kita sendiri, oleh kita yang masih bergelimang dosa, oleh kita yang serba berkekurangan, sedangkan Kalimah Allah yang kita ucapkanpun belum mampu mencapai pada sisi Allah, karena gelombangnya tidak mencapai gelombang pada sisi Allah SWT.



Sedangkan Iblis itu bukan main tinggi akan dimensi ilmiahnya. Adam dan Hawa bukan ditipu dipasar malam, tetapi di surga. Lawan yang mampu naik ke surga untuk menipu, begitulah dahsyatnya lawan kita itu sangat hebat, sangat halus, yang umurnya telah berjuta-juta tahun, mana mungkin akan mampu kita mengusirnya dengan “A’udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim”, produksi kita sendiri, akan larikah dia? Akan hancurkah dia dengan ucapan kata yang secara biasa-biasa saja itu? Jauh Panggang dari Api!!!.



Kalau ia masih bercokol saja di dalam hati, ia yang sangat tinggi dimensinya itu dengan kelicikan dan kehalusannya dan tipu dayanya, maka segala ibadah kita akan tertolak. Segala apa sajapun yang kita amalkan tidak akan sampai kepada Allah, dan kalau tidak sampai tentu saja tidak pula akan terbalas. Umpamanya saja, surat yang dikirim tidak sampai kealamatnya, jelas tidak akan berbalas, seperti kacang yang ditanamkan, tidak menyentuh bumi, tetapi hanya sampai pada lapisan pasir saja, dia tidak akan tumbuh, apalagi lapisan pasirnya tebal, lapisan sampai semeter sebagai isolasinya, tak mungkin sampai kepada bumi yang subur, atau seperti batu-batuan tebal sebagai isolasinya, walaupun ditaburi 100 biji tiap hari tidak akan sampai menyentuh bumi yang subur. Dia akan hilang lenyap, tidak sampai pada tujuannya, dia tidak akan membuahkan pekerjaannya, tidak akan berpahala sama sekali.



Disinilah kira-kira letaknya semua kesalahan itu, pokok dari semua bencana dalam hidup kita di Akhirat. Sehingga insan itu tidak mempunyai kekuatan, ia tidak mampu dalam ibadahnya menjuluk turun akan rahmat Allah, sehingga benteng dari Tuhan, Kalimah Allah murni dari Allah sendiri tidak akan berhasil diraihnya. Ibadahnya tidak berhasil, karena tidak memakai cara metodologi bagaimana ia lebih dahulu harus memusnahkan sang iblis dari hati sanubarinya.



Kalau lapisan daripada bumi ini dipertebal lagi dengan batu-batuan, jelas pasir dan batu–batuan itu tidak bisa ditepiskan begitu saja, tidak bisa dicangkul begitu saja, kita harus memakai alat-alat berat, umpamanya traktor dan dengan metodologi teknologi. Begitu juga untuk membasmi Al-Iblis, As-Syaitan, angkara murka, harus menggunakan teknologi dari Al – Qur’an itu sendiri. Setiap teknologi menghendaki suatu metodologi, ini wajib. Tidak ada suatu prosede dalam ilmu teknologi tanpa metodologi. Metodologi dalam Al-Qur’an namanya Tarikat. Begitu tinggi kedudukan Thariqatullah dalam Al-Qur’an yang selama ini selalu diabaikan, dikhilafiahkan, bahkan disyirikan oleh sebagian Kaum Muslimin karena dipengaruhi, diperdaya oleh kaum Orientalis, musuh berbuyutan daripada kaum muslimin yang mengissukan akan thariqat palsu, “Al Islaamu Ilmiyyun.“



Thariqatullah adalah sangat tinggi ilmiahnya, thariqatullah yang sangat tinggi ilmiahnya itu adalah termasuk dalam teknologi Al–Qur’an yang amat akbar.



Teknologi alam semestapun sangat tinggi ilmiahnya, sebagai contoh : air yang selama dunia berkembang akan tetap air. Namun begitu diolah dengan teknologi, dengan metodologi elektrolisa atas dasar teori ion Prof. Archenius, air akan menghasilkan atom hidrogen dan atom oksigen, yang jika digabung kembali dan disulut akan meledak dengan hebatnya. Air yang semula jinak dan dingin serta mampu mematikan api, akan menyemburkan api yang hebat, yang panasnya sangat tinggi, sehingga mampu melebur besi sekalipun.



Ayat Al-Qur’anul Karim yang kita lagukan dengan lagu-lagu yang indah dan merdu dan seronok, ia tetap merupakan lagu selama dunia terkembang, namun begitu diolah dengan metodologinya, dengan teknologi Al-Qur’an, dia akan menjelma sebagai senjata yang maha dahsyat, gunung berapi akan bisa ditundukkannya, bumi bisa dibelah-belahnya, gunung-gunung dapat dipindahkannya, orang mati dapat dihidupkan-nya, segala bencana akan dileburnya, ditolaknya, dikikisnya habis menjadi Nol (0), kiamat dunia dapat dihalanginya, “Laa taquumus saa’atu hattaa laa yabqaa ‘alaa wajhil ardhi mayyaquluu :Allah, Allah”. Tidak akan datang kiamat dunia kalau masih ada orang yang betul-betul beramal dzikrullah dengan metodologinya sampai kehadirat Allah SWT”.



Allah akan menurunkan benteng yang maha hebat, kiamat akan terhindar, dan tertunda, walaupun Allah telah menetapkan pada hari ini, jam ini, detik ini, akan kiamat dunia, namun jika dilihat oleh malaikat dan dilapor oleh malaikat kepada Allah, masih ada orang yang berdzikir Allah, Allah, Allah, yang gemerlapan, Tuhan akan menunda kiamat itu sampai 40 tahun lagi.



Bukan dzikir yang bergelimang dengan pengaruh iblis, yang tidak sampai pada Allah, tetapi dzikir yang timbul dari hati sanubari yang murni, dimana terpancang Kalimah Allah yang gemerlapan, bersih dari segala angkara murka, dari semua pengaruh gelombang daripada syaitan hingga sampai ke hadirat Allah. Dzikir yang beginilah yang dibalas Tuhan dengan benteng kalimah Allah sendiri, dengan nama Allah sendiri, “Dzikir akan DAKU, Aku akan berikan namaKU kepadamu“ (Al-Baqarah, 152).



Ucapan Rasul yang diriwayatkan Abu Daud dan Tirmidzi: “Bismillaahil ladzi laa yadhurru ma‘asmihi syai’un fil ardhi wa laa fissama’i wahuwassami’ul aliim”. Artinya: “Tidak memberi mudharat antara bumi dengan langit bagi orang yang berserta dengan nama Allah.”



Wahai kaum muslimin di seluruh dunia, cukuplah rasanya pelajaran bagi kita, bagi kaum muslimin di dunia, tentang apa-apa yang terjadi di berbagai tempat yang menimpa kaum muslimin. Kita lihat kesatuan dan persatuan sama sekali tidak terwujud lagi, karena digoda oleh syaitan juga, Ukhuwah Islamiyah sama sekali lenyap saling bunuh membunuh, khianat mengkhianati, rampok merampok, dan lain-lain; kata Nabi : “Jika ada dua orang mukmin berkelahi, maka nerakalah tempat bagi keduanya”.



Kita tidak memperpanjang kalam, kita tidak mencari hal-hal yang lain–lain lagi, apa sebab masyarakat kaum muslimin kalah dan menderita, karena kunci deritanya letaknya di hati sanubari orang Islam itu juga. Dudukkanlah Kalimah Allah, dengan memakai metodologinya, yaitu metode Thariqatullah dalam hati sanubari kita yang disalurkan dari pada sisi Allah SWT melalui saluran haq-Nya, yaitu via Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW. Dimana telah terpancang Nuurun ‘Alaa Nuurin, yahdillahu linuurihii mayyaasyaa’u, sebagai channel dan frekwensi yang hebat, yang diberikan Allah kepada Rasulullah SAW, yang diteruskan pula oleh para Ulama yang mewarisinya, sambung menyambung antara arwah dengan arwah, dan akhirnya tersambung pula pada arwah kita, Al Ulama’u warasatul anbiya.



Inilah yang pertama kali seharusnya yang mesti diwarisi, agar kontak dengan Allah, dalam ibadah kepada Allah, dalam berdzikir kepada Allah sampai pada Allah, maka terlaksana pulalah janji Tuhan, yaitu dibalas-Nya, disambut-Nya, maka barulah mengalir kurnia-Nya dengan melalui channel dan frekwensinya, semurni-murninya mengalir kedalam hati sanubari kita, yang pasti mampu menghancurkan segala macam pengaruh angkara murka, hawa nafsu dunia, syaitan, maka barulah mampu berdiri shalatul khasyi’in, yang membawa kita kepada kemenangan hakiki dari Dunia sampai Akhirat.



Uraian ini termasuk kedalam ilmu Eksakta, maka marilah kita renungkan, kita diskusikan dalam waktu yang terluang, kemudian kita bertekad pula mengamalkannya, karena hal ini adalah maha penting dalam ibadah kita, dalam hubungan langsung kita dengan Allah SWT. Hanya dengan latihan yang sungguh-sungguh kita akan menjadi sarjana daripada suatu cabang ilmu pengetahuan “Wajaahidu Fi Sabilihii”



Sungguh-sungguhlah diatas jalan Allah, kita akan menang Absolut.



Yaa aayyuhal ladziina aamnuut taqullaaha wabtaqhuu ilaihil wasiilata wajaahiduu fi sabiilihii la ‘allakum tuflihuun”



Perlu sekali channel dan frekwensinya, perlu sekali akan metodologi, barulah terwujud kenyataan akan sesuatu hasil dalam Teknologi Al-Qur’an. Semoga dengan pengertian ini kita laksanakan amaliah kita “Al Islaamu Ilmiyyun wa’amaliyyun”, “Al Islaamu ya’luu walaa yu’laa ‘aalaihi”



Dimensi Kalimah Allah asli dan murni, yang tersalur daripada sisi Allah dalam dimensi yang maha tinggi dengan getaran yang maha ultra sonoor inilah yang akan membentengi kita dari segala macam bencana alam mana saja pun dan neraka sekalipun akan terhindar dari kita dan Kalimah Allah murni seperti di ataslah yang mampu untuk menghancurkan segala huru hara yang menghadang jalan kita menuju kemenangan hakiki dunia akhirat.



Akan terwujudlah “Bismillaahil ladzi laa yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi wal laa fis sama-i wahuwas sami’ul ‘aliim” dalam kenyataan hidup kita di dunia akhirat. Akan terwujud pula lagi : “Laa taquumus saa’atu hatta laa yabqaa ‘alaawajhil ardhi mayyaquulu : Allah, Allah . “ Kiamat dunia di tunda Tuhan, karena dzikrullah seorang mukmin yang Perkasa. Dan akan terwujud pulalah ayat-ayat Al – Qur’anul karim, bukan hanya “Terujud” seperti selama ini dalam karya kata-kata dan cerita, tetapi benar-benar terujud dalam Alam Nyata dan Realita.



Semua Firman Allah akan menjadi kenyataan Akbar, termasuk ayat terdahsyat AR-RA’AD ayat 31: Wa lau an-na qur-aanan syu-yirat bihil jibaalu au quthi’at bihil ardhu au kullima bihil mautaa.” Artinya : “Dan sesungguhnya andaikata ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dapat membuat gunung-gunung berjalan/berguncang dahsyat atau bumi dipotong-potong/ dibelah-belah atau orang-orang mati diajak bicara/dapat bicara (hidup kembali) niscaya Kitab Suci itu ialah Al-Qur’an. Dan merekapun tidak juga beriman (dan juga masih tidak terpikir juga untuk merisetnya, walaupun Tuhan mengatakan KEDAHSYATAN AL-QUR’AN itu bertubi-tubi)”



Bahwa Al-Qur’an Majid dapat membelah–belah bumi, memindah-mindahkan bukit dan menghidupkan orang mati, dan membenteng kita dari segala macam bencana dunia akhirat! “Allahu Akbar ! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillahil hamd”.



Kami tidak memperpanjang kalam, yang kami uraikan ini adalah termasuk dalam teknologi Al-Qur’an.



Sekian Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, lebih kurang kami mohon maaf.



Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh





Sumber :http||www. http://suraukita.org/suraukita2009/2010/Files/Prof.%20Kadirun%20Yahya/Pidato%20-%20Timur%20Tengah%20-%20Edit.htm

1 komentar:

Darul Amin mengatakan...

Ass.w.w
Bagi yang ingin membaca serta mendownload artikel tentang Prof.Dr.Kadirun Yahya, silahkan berkunjung ke http://ayahanda-guru.blogspot.com
Terima kasih